Sunday, March 27, 2005

Wajah-Wajah Lama

Gagal datang ke akad nikahan Putu&Oos, habis gue nggak puas sama baju yg rencana awalnya mau dipakai. Bolak-balik ganti, tau-tau udah lewat jam 08.00. Yah, gue terpaksa sms ke mbak Etty dan bilang batal hadir pagi ini, tapi bakal datang di resepsinya saja.

Di kawinan, gue ketemu sama teman-teman Famili 100 lama. Ada Riris, Yunita dan Pipit. Senang juga bisa ngobrol sama mereka. Eh, Ohduy kemana ya, kok nggak kelihatan? Kurang lengkap alumni F100 tanpa dia nih.

Saturday, March 26, 2005

FW: Tanya & Jawab

Entah kapan mula persisnya gue sendiri juga nggak ingat, teman gue di TR sesekali mengirim sms juga menelepon untuk bertanya dan minta pendapat. Soal apa? Hmm, nggak jauh-jauh dari urusan asmara. Awalnya dia bercerita tentang pria bule yg mencoba mendekatinya sekelar syuting kemarin. Masa depan cerah nih, si bule bos perusahaan besar di sini. Tapi -kenapa ya mesti ada tapi?- si bos sudah beristri dan, dengar-dengar dari cerita si mbak gue itu, dia juga punya gebetan lain. Duh, nggak asik banget.

Singkat kata, cerita beralih ke pria lain yg statusnya less complicated. Tapi India, begitu katanya. Ini nih jeleknya si mbak, dia suka pakai standarnya dan punya persepsi sendiri padahal belum juga apa-apa. Emang kenapa kalau India? Dia juga manusia bukan? Nah, mereka sempat berkenalan di acara ultah anak si bos itu, terus double-date ke konser Cake yg lalu. Kata si mbak, mereka nggak sempat mengobrol banyak karena dia asik menikmati konser dan susah jugalah ngomong di antara suara nyanyian.

Hari ini si mbak punya kemungkinan mau nonton konser Indonesia Thanks to the World karena temannya mau kasih tiket. Mau ajak si bos dan istrinya juga si India rada ribet soalnya tiket yg bakal dikasih sepertinya tidak banyak. Gue cuma nyaranin akhirnya, bagaimana kalo si India yg diajak. Paling nggak untuk menunjukkan appreciation saja karena dia sudah mau nemenin nonton Cake kemarin. Uh, mau sms bilang itu doang repotnya setengah mati. Ujung-ujungnya, gue yg mesti nulisin isi sms buat si India terus si mbak tinggal forward kalau udah oke. Gue juga dapat forward jawaban dari si India yg harus gue jawab lagi buat di-forward si mbak. Haiya, nggak nyangka si mbak gue ini nggak berani ngomong -maksudnya, nulis- sendiri gitu.

Sambil menerima dan menjawab sms ini, senyum dan ketawa gue nggak ada habisnya. Silly!

Friday, March 25, 2005

Episode Satu

Nonton Idol episode 1 di La Porchetta, Setiabudi Building, Kuningan. Nggak banyak yg bisa ikutan ternyata, mungkin karena terlalu mendadak bikin acara kumpul-kumpulnya, mungkin juga karena hujan deras dan merata yg bikin orang malas kemana-mana.

Sudah sempat preview di kantor beberapa hari yg lalu dan ada beberapa revisi, tapi kok gue masih merasa kering materinya dan ceritanya kurang mengalir ya?

Hmm, minggu depan mungkin lebih baik. Amin!

Tuesday, March 15, 2005

Rambut Merah

Uki kembali menagih janji.


Room to room call, from 1202 to 808

'Jadi nggak nih?'
'Iya, tapi bukannya elo mau makan kepiting, apa elo sempat?'
'Bisa kok, nggak lama kok prosesnya'
'Ya, hayo kalo begitu'

1 new message, from 0856xxxxxxx
....jangan lupa bawa sikat gigi dan sisir, di sini nggak ada sama sekali
dalam hati, gue menjawab
(minta dari housekeeping di kamarnya si Uki aja ah)
di kamar mandi, terjadilah adegan itu. disisir, disikat. dibasahi, disikat lagi.
jujur saja, gue sampai mengantuk mungkin karena nikmat tapi gue sok kuat.
bener kan, akhirnya Uki malah nggak jadi pergi makan.
nggak mungkinlah cuma sebentar melakukan hal ini, wong tebal dan banyak.
lihat deh, pasti perlu waktu sekitar satu jam dan menjelang jam 23.30 wib kelar deh
urusan ini. Image hosted by Photobucket.com
dengan suara lantang, gue berkata sambil meninggalkan kamar
'Makasih, Uki. Sampai besok pagi di venue ya'

Friday, March 11, 2005

Naar Bandara Adi Sucipto

Beli buku yg selama ini gue cari-cari dan tungguin harganya lebih murah dari pertama kali lihat. Akhirnya! Kebeli juga...Image hosted by Photobucket.com Dan ini salah satu gambar Batavia yg nggak bosan-bosannya gue lihat mulai dari dalam kabin pesawat - saat pulang dari Yogya sampai tiba di rumah. Tuhan, Kamu sangat baik hati sekali padaku!

Pesanan Khusus

Melihat segepok kertas sisa potongan data kontestan yg disiapkan Tiiyu untuk judging besok menimbulkan ide di kepala gue. Ting, kayak bola lampu pijar! Beberapa kertas gue ambil dan langsung gue tulisi. Hmm, apa ya yg cocok untuk si birthday girl?


No need to be stress, your success will follow you anywhere. Nah, ini baru ketemu satu. Apalagi?

Love sees no distance. Hahaha, ada satu ceritanya yg menginspirasi gue untuk nulis hal ini. Ingat nggak ya dia soal apa itu?

Saat lagi cari gagasan lain yg mau gue tuliskan di potongan kertas berikutnya, ada yg meminta gue untuk menuliskan idenya. Katanya, nggak perlu liat jauh-jauh, ada di sekitar si birthday girl. Hehehe, gue asli nggak bisa nahan senyum karena permintaan ini. Jadi, ini yg gue tuliskan di dua kertas terakhir:

Seek no more, your love is right around the corner

What are you looking for, honey? Your love is right around the corner, remember....

Kertas-kertas tadi lalu gue gulung dan gue beri sedikit selotip biar rapi dan gue masukkan ke dalam bakpia. BAKPIA??? Iya, ini fortune cookie versi Endah. Ya, sudah kelar, tinggal tunggu si birthday girl ambil dan lihat reaksinya. Penasaran nih jadinya.

bridge: Tau nggak, ada titipan harapan bahwa fortune bakpia yg terambil nantinya , kalau bisa, berurutan. Tentunya yg diinginkan terbaca adalah dua tulisan terakhir tadi. Waduh, rada repot ngatur strateginya nih, tapi kayaknya sih bisa diatur. Hehehe, gue nggak berhenti ketawa....dalam hati.

Pas tangannya meraih satu fortune bakpia - dari tiga kue yg gue sodorkan padanya- bakpia itu langsung disuapkan ke mulutnya. Ternyata bagian kertasnya belum sampai termakan. Birthday girl lalu memecahkan sisa bagian kue dan langsung menemukan gulungan kertas keberuntungannya. Apa ya isinya?

seek no more, your love is right around the corner

which corner? she said.

uhm, i dunno, you find out for yourself.

Gue boleh ambil lagi kuenya?

Boleh banget.

bridge: sempat-sempatnya gue lari sebentar ke kamar Tiiyu, ambil satu fortune bakpia lagi. Ini bagian tulisan terakhir yg gue simpan untuk ditaruh paling akhir dengan harapan ini kue terakhir yg dia ambil, jadi akhirnya....

Eh, ini ketinggalan satu kuenya. Gue taruh dulu, baru nanti elo ambil lagi.

Rasa bakpia Kurnia Sari pasti masih tersisa di mulutnya saat dia mulai meraih satu fortune bakpia lagi. Hmm, apa ya sekarang isinya?

what are you looking for, honey? Your love is right around the corner, remember....

Heh?!

coda: elo dapat yg elo mau nih, senang nggak?

Thursday, March 10, 2005

Jarig Vira naar ViaVia

Kemarin pagi, tepatnya 00.15 saia soedah memberi oetjapan selamat oentoek jarignja Vira. Malam ini, seharoesnja saia tidak perloe makan steak segala di Steak&Shake karena Vira maoe traktir. Tjoeman karena soedah terlanjoer lapar, terpaksalah saia mendahoeloeinja. Akhirnja tanpa memboeang banjak waktoe lagi, saia bersama Boedi dan Jeni, setelah gagal memaksa Ori ikoetan, pergi ke ViaVia di Djalan Prawirotaman I.

Setiba di sana, soedah berkoempoel teman-teman lain dan mereka tampak asjik menikmati hiboeran lagoe-lagoe The Beatles jang dinjanjikan oleh sekelompok penghiboer jalanan. Kami, maksoed saia Boedi, Jeni, Vira dan saia sabeloemnja soedah sempat menikmati njanjian ini. Kami pernah berkoenjoeng ke tempat ini Image hosted by Photobucket.com sepoelang dari djalan-djalan naar Malioboro jang lalu. Tampak djoega ibu Soesan jang baru kali ini terlihat asjik mendendangkan lagoe-lagoe jang katanja amat tersohor di masa-masa moedanja. Semoea orang menjanji, semua orang di meja kami tiada terketjoeali. Laloe sebagai balas boedi atas njanjian jang begitoe tjiamik didendangkan, kami tak ada rasa segan sedikit poen oentoek merogoh kotjek dan memberi doeit lebih dari biasanja. Kehendak hati masih maoe berlama-lama mendengarkan hiboeran dari para penghiboer ini, tetapi mereka haroes segera berlaloe. Sajang!

Kami masih menikmati jarignja Vira dengan mengobrol tak berketentoean arah, tertawa atas kejadian jang loetjoe tak terperi dan berfoto-foto dari berbagai arah dan gaia. Waktoe rasanja tjepat lewat dan kafe ini poen haroes toetoep. Kami berfoto sejenak di moeka bangoenan ini sambil berharap kenangan ini akan teroes terbawa dalam hati sampai nanti mati.


rujukan: http://www.viaviacafe.com/noflash/

Tuesday, March 08, 2005

Naar Djogdja....

Ke Malioboro, Image hosted by Photobucket.com idenya maoe belandja naar Mirota Batik tapi dikarenakan waktoe toetoep tokonja soedah mepet, jadilah saia melihat-lihat itu kaos di kaki lima saja. Tadinya sama sekali tidak terpikirkan oentoek beli-beli itoe oleh-oleh, coeman karena melihat kaos bertema tempo doeloe jang harganya coeman sepoeloeh riboe, jadilah saia mengambil 2 boeah kaos.

Bapakkoe selaloe mendapat oleh-oleh darikoe, kaos bapakkoe coeman selisih seriboe perak mahalnya. Heran, berapa ya oentoengnya si mas-mas penjoeal ini?

Ini lho, kira-kira penggambaran di atas kaoskoe. Tidak terlaloe tepat, Image hosted by Photobucket.comkarena ini gambar dari kantor pos di Bandoeng, namoen bentoekan bangoenan ini mirip dengan jang naar Djogdja. Jadilah tak mengapa....

tjatatan pinggiran:
akoe nemoe peta djalan-djalan naar djogdja, siapa taoe bermanfaat.




Visit YogYes.com for more information about YOGYAKARTA.

Thursday, March 03, 2005

Kalong Bicara


Kehidupan baru bermula saat matahari sudah turun. Kebebasan mengepakkan sayap ke arah yg disuka juga berawal ketika bias sinar sirna di ujung barat. Terbang, terbang seenak hati, ke langit malam!

Di langit, aku bertemu teman seperjalanan. Teman cari makan, teman cari pengalaman. Berbagi, mungkin bukan kebiasaan tapi hal itu yg terjadi. Dan di antara lalu-lalang penghuni malam lainnya serta kepulan asap yg membumbung tinggi, apa saja bisa terlontar karena aku atau dia yg lempar. Kami saling menangkap, lagi-lagi saling mengumpani. Dari sana banyak yg aku amati, banyak yg aku pelajari.


Ketika langit kembali membuka diri bagi matahari, kami telah kenyang. Kembali terbang ke sarang, menyimpan sisa-sisa tenaga untuk memulai hari kembali. Sebentar nanti, kawan, kita bertemu lagi.

bertambah lagi teman baikku:
BudiMarcoMartinOri, ini untuk kalian!

Wednesday, March 02, 2005

Tamasya Kota


Dengar-dengar hujan terus ya di Makassar?

Iya. Kalau kemarin sekelar kerja, Orie, Tomi dan gue sempat berhujan-hujanan saat jalan-jalan di sepanjang Jl. A. Yani, mulai dari supermarket di ujung Jl. Kajaolaliddo, tenda bakso pinggir jalan sampai MTC - yg isi bangunannya mengingatkan gue sama ITC-ITC di Jakarta, hanya lebih sepi saja, hari ini Budi, Deva dan gue harus menunggu hujan reda di Fort Rotterdam.
Image hosted by Photobucket.com

Heh, ternyata bisa sampai ke sana? Katanya nggak mungkin jalan kalau masih terang tanah?

Ini memang di luar dugaan. Hari ini precast selesai cepat, nggak jauh beda dari hari kemarin. Langit masih terang, malah lebih cerah dari perkiraan hujan yg nyaris melulu terjadi di kota ini. Berawal dari rencana Deva yg mau beli minyak tawon di Somba Opu, akhirnya gue mendadak teringat Fort Rotterdam. Kenapa kita nggak jalan-jalan ke sana aja dulu, kata gue ke Budi dan Deva, karena tokh Somba Opu tidak jauh dari lokasi benteng. Uh, uh, uh, ternyata mereka mau dan gue semangat banget untuk segera meninggalkan kamar hotel. Mumpung masih belum terlalu sore nih, jadi pasti masih buka bentengnya. Yuk, yuk! Di lobi, kami bertemu Medi yg juga mau pergi. Ke Mal Ratu, begitu katanya. Wah, bisa dong kami nebeng. Mungkin arahnya nggak sejalan ya, tapi what the heck, kami minta saja Medi mengantarkan sampai ke depan benteng. Dia mau dan ternyata lokasi benteng ini juga tidak terlalu jauh dari hotel, jadi rasanya baru saja duduk sudah harus turun lagi. Hehehe....

Setelah bayar sekedarnya untuk sumbangan, 15 ribuan, dan tiket musem La Galigo 5 ribuan bertiga, Budi, Deva dan gue mulai berkeliaran di kompleks benteng yg luasnya kira-kira 3 hektar ditemani seorang tour guide, namanya Pak Rusli Amin. Duh, rasanya gue senang nggak ada habis-habisnya karena bisa berada di tempat ini dan yg ada kami berfoto-foto kayak orang gila pakai kamera Budi. Hmm, tepatnya sih gue yg gila. Tahu nggak apa yg kemudian terpikirkan sama gue, kalau saja Sahabat Museum bikin PTD keluar kota lagi, gue pengen Adep buat PTD naar Macassar deh. Pasti seru dan asik banget!

Ceritakan sedikit dong tentang benteng ini....

Sebenarnya gue nggak sempat dapat booklet atau katalog ataupun buku panduan dari pihak museum karena bagian administrasinya udah tutup, tapi ini ada sedikit artikel yg menarik untuk dibaca...

Makassar, Fort Rotterdam, 1928 Image hosted by Photobucket.com

Interesting buildings can be found within the massive waterfront fortress of Fort Rotterdam, built in 1545 by the rulers of the powerful Gowa kingdom, this impressively solid fort was later taken over by the Dutch and rebuilt in 1667. Within the solid walls is the dungeon where one of Indonesia's national heroes, Prince Diponegoro was imprisoned for 27 years until his death in 1855. Today the fort serves as a museum and cultural offices.

Sekelar mengunjungi Museum La Galigo, kami sempat berpindah ke bangunan yg berada di sebelahnya. Kami tidak bisa masuk ke dalam karena bangunan ini sekarang adalah laboratorium untuk benda-benda sejarah dan saat berada di teras, hujan mulai turun. Deras seperti air keran yg tiba-tiba terbuka. Angin yg cukup kencang berhembus menyertai butiran air yg turun, membawa udara laut yg amis. Di kepala gue lalu terbentuk imajinasi, ikan, cumi, udang, kepiting, kerang datang menyerbu.... Humm, yummy in the tummy!

postscript: hujan deras masih mengiringi perjalanan kami dari Somba Opu ke lobi hotel. cuaca ini mengacaukan mood gue untuk pergi keluar dari kamar. gue malas berbasah-basahan. entah kenapa, malam ini pun gue malas makan sea food meskipun banyak teman yg mengajak. rasanya gue udah kebanyakan makan protein, pengen makan sayur. sempat terpikir beli salad di KFC, tapi kok mengunyah pun gue malas. I think I lost my appetite tonite....