Wednesday, March 02, 2005

Tamasya Kota


Dengar-dengar hujan terus ya di Makassar?

Iya. Kalau kemarin sekelar kerja, Orie, Tomi dan gue sempat berhujan-hujanan saat jalan-jalan di sepanjang Jl. A. Yani, mulai dari supermarket di ujung Jl. Kajaolaliddo, tenda bakso pinggir jalan sampai MTC - yg isi bangunannya mengingatkan gue sama ITC-ITC di Jakarta, hanya lebih sepi saja, hari ini Budi, Deva dan gue harus menunggu hujan reda di Fort Rotterdam.
Image hosted by Photobucket.com

Heh, ternyata bisa sampai ke sana? Katanya nggak mungkin jalan kalau masih terang tanah?

Ini memang di luar dugaan. Hari ini precast selesai cepat, nggak jauh beda dari hari kemarin. Langit masih terang, malah lebih cerah dari perkiraan hujan yg nyaris melulu terjadi di kota ini. Berawal dari rencana Deva yg mau beli minyak tawon di Somba Opu, akhirnya gue mendadak teringat Fort Rotterdam. Kenapa kita nggak jalan-jalan ke sana aja dulu, kata gue ke Budi dan Deva, karena tokh Somba Opu tidak jauh dari lokasi benteng. Uh, uh, uh, ternyata mereka mau dan gue semangat banget untuk segera meninggalkan kamar hotel. Mumpung masih belum terlalu sore nih, jadi pasti masih buka bentengnya. Yuk, yuk! Di lobi, kami bertemu Medi yg juga mau pergi. Ke Mal Ratu, begitu katanya. Wah, bisa dong kami nebeng. Mungkin arahnya nggak sejalan ya, tapi what the heck, kami minta saja Medi mengantarkan sampai ke depan benteng. Dia mau dan ternyata lokasi benteng ini juga tidak terlalu jauh dari hotel, jadi rasanya baru saja duduk sudah harus turun lagi. Hehehe....

Setelah bayar sekedarnya untuk sumbangan, 15 ribuan, dan tiket musem La Galigo 5 ribuan bertiga, Budi, Deva dan gue mulai berkeliaran di kompleks benteng yg luasnya kira-kira 3 hektar ditemani seorang tour guide, namanya Pak Rusli Amin. Duh, rasanya gue senang nggak ada habis-habisnya karena bisa berada di tempat ini dan yg ada kami berfoto-foto kayak orang gila pakai kamera Budi. Hmm, tepatnya sih gue yg gila. Tahu nggak apa yg kemudian terpikirkan sama gue, kalau saja Sahabat Museum bikin PTD keluar kota lagi, gue pengen Adep buat PTD naar Macassar deh. Pasti seru dan asik banget!

Ceritakan sedikit dong tentang benteng ini....

Sebenarnya gue nggak sempat dapat booklet atau katalog ataupun buku panduan dari pihak museum karena bagian administrasinya udah tutup, tapi ini ada sedikit artikel yg menarik untuk dibaca...

Makassar, Fort Rotterdam, 1928 Image hosted by Photobucket.com

Interesting buildings can be found within the massive waterfront fortress of Fort Rotterdam, built in 1545 by the rulers of the powerful Gowa kingdom, this impressively solid fort was later taken over by the Dutch and rebuilt in 1667. Within the solid walls is the dungeon where one of Indonesia's national heroes, Prince Diponegoro was imprisoned for 27 years until his death in 1855. Today the fort serves as a museum and cultural offices.

Sekelar mengunjungi Museum La Galigo, kami sempat berpindah ke bangunan yg berada di sebelahnya. Kami tidak bisa masuk ke dalam karena bangunan ini sekarang adalah laboratorium untuk benda-benda sejarah dan saat berada di teras, hujan mulai turun. Deras seperti air keran yg tiba-tiba terbuka. Angin yg cukup kencang berhembus menyertai butiran air yg turun, membawa udara laut yg amis. Di kepala gue lalu terbentuk imajinasi, ikan, cumi, udang, kepiting, kerang datang menyerbu.... Humm, yummy in the tummy!

postscript: hujan deras masih mengiringi perjalanan kami dari Somba Opu ke lobi hotel. cuaca ini mengacaukan mood gue untuk pergi keluar dari kamar. gue malas berbasah-basahan. entah kenapa, malam ini pun gue malas makan sea food meskipun banyak teman yg mengajak. rasanya gue udah kebanyakan makan protein, pengen makan sayur. sempat terpikir beli salad di KFC, tapi kok mengunyah pun gue malas. I think I lost my appetite tonite....