From Surabaya with Laugh....
Jam 05.00 WIB, alarm hp gue bunyi. Gak bisa lebih lama lagi sembunyi di balik selimut di atas kasur yg lumayan nyaman di Somerset Hotel ini karena gue harus segera bangun, mandi, check out dan berangkat ke bandara Djuanda. Gue gak sendirian pulang ke Jakarta pagi ini, ada beberapa teman -Deva, Andri, Alett, Benny, Budi, Ori, Martin dan Marco- yg bakal jadi teman seperjalanan.
Jam 06.15 WIB, setelah koper-koper masuk bagasi mobil, kami meninggalkan hotel dan teman-teman lain yg -sebagian mungkin masih tertidur, sementara sebagian lagi sudah memulai ritual pagi harinya. Hari ini ada pekerjaan proses penjurian yg harus mereka lakukan hingga Sabtu nanti. Setibanya di bandara, gue bagi-bagi tiket, check in, bayar-bayaran airport tax lalu saatnya menunggu pesawat di Gate 6. Andri, Alett dan gue sempat belanja oleh-oleh, Ori sempat terlihat celingak-celinguk mencari tempat dan teman merokok -akhirnya dia dan Martin merokok di ruang tunggu karena ada beberapa orang yg melakukannya di situ. Budi dan Deva sempat jalan-jalan di kios koran dan buku, sementara Marco entah di mana. Sempat juga kami menggoda Deva dan Ori saat duduk bersebelahan, yg ternyata juga bersambung sampai ke dalam pesawat. Goda-godaan standar begitulah, dijodoh-jodohin....hehehe!
Jam 08.00 WIB, pesawat Mandala RI 363 yg kami tumpangi lepas landas dari Djuanda.
Udara saat itu cukup cerah namun perjalanan tidak terlalu mulus, a bit bumpy. Badan pesawat sedikit terguncang-guncang, oleng ke kiri dan kanan. Andri kelihatan sedikit panik, untungnya di sebelahnya ada Benny jadi dia bisa agak tenang. That's what a boyfriend's for, right? Kalau ada kondisi seperti ini saat naik kapal terbang, gue biasanya tenang saja dan pasrah. Berserah pada Tuhan. Tidak ada jalan atau cara lain untuk menghindar kalau itu bagian dari rencanaNya. Jadi kalau ada yg mau ikut-ikutan tenang, besok-besok duduk aja di sebelah gue. Doanya tetap sama kok, semoga selamat dalam lindunganNya. Oke, sekarang coba kita lihat apa yg terjadinya berikutnya. Guncangan mereda, seat belt bisa dilepas kalau mau. Marco nggak berasa ada gangguan apapun, wong dia sudah pulas tidur begitu nempel ma kursinya. Lalu, satu-persatu nyusul. Benny, Andri, Budi, gue. Alett dan Martin asik berbagi baca tabloid. Deva dan Ori, jangan ditanya deh. Lagi asik ngobrol bahkan ketawa-tawa seru. Deva lalu jadi budeg, begitu dia bilang. Mungkin nggak gara-gara Ori? Huaahaahaa....
Jam 09.30 WIB, dapat taksi Blue Bird di pelataran terminal kedatangan. Ini taksi ketiga yg meninggalkan bandara menyusul dua taksi sebelumnya. Isinya cuma gue dan Marco. Pulang? Nggak tuh. Kantor.
<< Home